Kamis, 06 Oktober 2016

BISNIS dan Etika

RELEVANSI ANTAR BISNIS DAN ETIKA
A.    Relevansi

Setiap orang lahir dan dibesarkan dalam suatu lingkungan keluarga dan masyarakat dengan tradisi nilai dan ajaran-ajaran moral tertentu. Lebih-lebih di lingkungan masyarakat yang menganut paham kolektivisme, tradisi nilai dan ajaran-ajaran moral tersebut sering diterima begitu saja sebagai warisan nenek moyang yang tidak perlu, dan bahkan tidak boleh dipertanyakan. Akibatnya, dalam hidup bermoral tidak jarang orang hanya mengikuti saja apa yang menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakatnya. Dengan demikian suara hatinya tidak berperan, sehingga kesadaran moralnya pun sesungguhnya tidak berkembang. Ia tidak sanggup memberi pertanggungjawaban rasional mengapa ia berbuat begini atau begitu. Pada usia anak-anak, sikap seperti itu dapat dikatakan masih bisa diterima. Tetapi kalau sampai dewasa orang masih bersikap demikian, maka sikap seperti itu tidak memadai sebagai manusia. Itu berarti ia tidak secara serius memikirkan hidupnya dan mengelak dari tanggung jawabnya sebagai subyek yang membentuk dan menentukan dirinya melalui serangkaian keputusan yang ia ambil dengan sadar dan bebas. Pandangan dan keyakinan moral seorang yang dewasa semestinya merupakan buah refleksi kritis dan pengolahan pribadinya atas moralitas konvensional yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Dalam kaitan dengan ini, etika menyediakan kesempatan untuk melakukan refleksi dan pengolahan pribadi seperti itu. Inilah relevansi etika yang pertama. Dengan kata lain, etika dapat membantu orang untuk menghayati hidupnya sebagai manusia dengan lebih sadar dan bertang-gungjawab. Etika dapat membantu menumbuhkembangkan otonomi moral seseorang.

Relevansi etika yang kedua adalah dapat membantu memperoleh orientasi dalam hidup dan melatih melakukan pertanggungjawaban rasional terhadap penilaian dan pilihan tindakan yang akan diambil. Dalam era globalisasi, yang ditunjang oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, kita antara lain dihadapkan pada kenyataan adanya kemajemukan pandangan moral dan terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Mana di antara berbagai pandangan moral yang beredar dalam masyarakat (melalui buku, media massa dan pergaulan sosial yang semakin meluas) itu yang memang benar dan layak diikuti? Bagaimana kita semestinya menyikapi pergeseran nilai-nilai yang terjadi? Etika sebagai upaya rasional untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pertanyaan-perta-nyaan lain yang sejenis, dapat membantu memperoleh orientasi dalam hidup dan menentukan pilihan secara bijaksana. Etika dapat membantu menentukan dan mempertanggungjawabkan secara rasional pendirian moral seseorang dan sekelompok orang bersama-sama dalam suatu masyarakat.

Relevansi etika yang ketiga adalah menyediakan alat intelektual untuk menanggapi masalah-masalah moral baru yang muncul sebagai dampak modernisasi dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika memang tidak menyediakan jawaban-jawaban yang siap-pakai, tetapi menyediakan alat intelektual berupa kejelasan tentang nilai-nilai dan kaidah-kaidah moral yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis masalah, membuat penilaian, melakukan pertimbangan dan akhirnya mengambil keputusan. Mengenai masalah-masalah moral baru yang muncul sebagai dampak modernisasi dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya belum lama ini dunia dibuat bertanya-tanya tentang etis tidaknya melakukancloning terhadap manusia. Keberhasilan ilmuwan Ian Wilmut untuk “menciptakan” si Dolly, anak domba hasil cloning dari sel domba dewasa, membuka kemungkinan baru bahwa proses yang kurang lebih sama dapat diperlakukan juga untuk manusia. Tetapi etiskah melakukan manipulasi atas gen-gen manusia? Apakah yang secara ilmiah-teknologis mungkin untuk dilakukan, juga terhadap gen manusia, itu perlu dicoba untuk dilakukan guna melihat sampai berapa jauh manusia mampu mengembangkan dirinya? Kemajuan pesat iptek, khususnya dalam bidang biomedis belakangan ini telah menghadapkan kita pada berbagai pertanyaan etis yang pelik dan memerlukan pemikiran yang saksama. Selain masalah manipulasi gen-gen manusia, masalah-masalah lain yang tidak kalah pelik dan belakangan banyak diajukan misalnya: bolehkah seorang ibu yang sendiri tidak bisa mengandung, tetapi sangat ingin punya anak, melakukannya dengan teknik bayi tabung? Dalam kaitan dengan ini bolehkah ada donor sperma atau pun donor sel telur? Bolehkah seorang wanita “menyewakan” rahimnya untuk mengandungkan anak orang lain? Karena sisa-sisa embrio yang tidak akan ditanam dalam rahim, bisa menimbulkan masalah dalam penyimpanan, etiskah melakukan pemusnahan embrio? Apakah pemakaian jaringan otak janin (foetal tissue) yang digugurkan untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer dapat dibenarkan secara moral.

Modernisasi yang selain ditunjang oleh kemajuan iptek juga dirangsang oleh tata perekonomian global yang semakin kapitalistik serta didukung oleh sistem politik pemerintahan yang cukup represif, dengan dalih pertumbuhan ekonomi menuntut stabilitas politik yang mantap, juga telah mendorong munculnya kesadaran baru akan pentingnya memperhatikan dimensi etis dan kemanusiaan dalam berbagai proyek pembangunan dan pengaturan masyarakat. Apa yang banyak disebut sebagai isu three in one, yakni isu hak-hak asasi, demokratisasi dan lingkungan hidup, merupakan isu-isu yang kental dengan nuansa etis. Menanggapi isu-isu tersebut, refleksi etis sebagaimana dikembangkan dalam etika politik, etika hukum, etika bisnis dan etika lingkungan hidup kiranya dapat memberikan sumbangan yang relevan.

B.      Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis. Beberapa ungkapan yang sering terdengar yang menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Itulah ungkapan yang dikemukakan oleh De George yang disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan tersebut menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu tentang dirinya , kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.

Menurut mitos ini, karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mndapat keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan,menjual,dan membeli suatu barang dengan memperoleh keuntungan. Tujuan satu-satunya adalah mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya.

Jadi Mitos Bisnis Amoral itu adalah mitos atau ungkapan yang menggambarkan bahwa antara bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada hubungan nya sama sekali. Namun mitos ini tidak sepenuhnya benar. Bisa dikatakan demikian, karena bagi pebisnis yang menginginkan bisnis nya lancer dan tahan lama, segi materi itu tidaklah cukup untuk menjaga suatu bisnis tersebut. Dibutuhkan suatu pengetahuan, pengalaman yang luas untuk dapat memperoleh atau meraih tujuan tersebut. Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis juga bagian dari aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap baik dan berlaku dimasyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis dan dan harus dibedakan antara legalitas dan moralitas dunia bisnis yang ketat. Perusahaan dapat mengutamakan etika bisnis, yaitu pelaku bisnis dituntut menjadi orang yang profesional di bidang usahanya. Yang meliputi kinerja di dalam bisnis, manajemen, kondisi keuangan perusahaan, kinerja etis, dan etos bisnis yang baik. Perusahaan dapat mengetahui bahwa konsumen adalah raja, dengan ini pihak perusahaan dapat menjaga kepercayaan konsumen, meneliti lebih lanjut lagi terhadap selera dan kemauan konsumenserta menunjukksn citra (image) bisnis yang etis dan baik. Peran pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan kewajiban bagi semua pihak yang ada dalam pasar terbuka, demgan ini perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis. Perusahaan modern menyadari bahwakaryawan bukanlah tenaga yang harus di eksploitasi demi mencapai keuntungan perusahaan.


Bisa disimpulkan bahwa :
  • Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan yang ketat.Tidak sepenuhnya bisnis sama dengan judi atau permainan. Dalam bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh, berani mengambi resiko, berani berspekulasi, dan berani mengambil langkah atau strategi tertentu untuk bisa berhasil. Namun tidak bisa disangkal juga bahwa yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya menyangkut barang atau material. Dalam bisnis orang mempertaruhkan dirinya, nama baiknya, seluruh hidupnya, keluarga, hidup serta nasib manusia pada umumnya. Maka dalam bisnis orang bisnis tidaka sekedar main-main, kalaupun itu adalah permainan, ini sebuah permainan penuh perhitungan.Karena itu orang bisnis memang perlu menerapkan cara dan strategi yang tepat untuk bisa berhasil karena taruhan yang besar tadi.dan harus diperhitungkan secara matang sehingga tidak sampai merugikan orang atau pihak lain dan agar pada akhirnya juga tidak sampai merugikan dirinya sendiri.
  • Dunia bisnis mempunyai aturan main sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan social pada umumnya. Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam dalam masyarakat. Itu artinya norma atau nilai yang dianggap yang dianggap baik dan berlaku dalam kehidupan pada umumnya mau tidak mau dibawa serta dalam kegiatan dan kehidupan bisnis seorang pelaku bisnis sebagai manusia.
  • Harus dapat membedakan antara Legalitas dan Moralitas. Legalitas dan Moralitas berkaitan satu sama lain tapi tidak identik. Hukum memang mengandalkan Leglitas dan Moralitas, tetapi tidak semua hukum dengan Legalitas yang baik ada unsur Moralitas nya. Contohnya praktek monopoli. Maka monopoli adalah praktek yang secara legal diterima dan dibenarkan, secara moral praktek ini harus ditentang dan dikutuk, dan memang ditentang dan dikutuk oleh masyarakat sebagai praktek yang tidak adil, tidak fair, dan tidak etis. Orang bisnis juga menentang praktek tersebut. Ini menunjukkan bahwa orang bisnis pun sadar dan menuntut perlunya praktek bisnis yang etis, terlepas dari apakah praktek itu didasarkan pada aturan hukum bisnis atau tidak.
  • Etika harus dibedakan melalui ilmu empiris. Ilmu empiris diibaratkan ilmu pasti seperti matematika, suatu kenyataan bisa dijadikan patokan dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Namun lain halnya dengan etika. Etika memang melihat kenyataan sebagai pengambilan keputusan dan perbedaan nya terletak pada unsure-unsur pertimbangan lain dalam pengambilan keputusan.
  • Gerakan dan aksi seperti lingkungan hidup, konsumen, buruh, wanita, dan semacamnya dengan jelas menunjukkan bahwa masyarkat tetap mengharapkan agar bisnis dijalankan secara etis dengan memperhatikan masalah lingkungan hidup, hak konsumen, hak buruh, hak wanita. Dan sebagai manusia yang bermoral, para pelaku bisnis juga sesungguhnya tidak mau merugikan masyarakat atau konsumen sebagaimana dia sendiri sebagai konsumen tidak ingin dirugikan oleh produsen manapun.

Maka ini semua berarti omong kosong jika dikatakan bisnis tidak punya sangkut pautnya dengan etika.  



C.    Keuntungan dan Etika
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan untuk menunjukan bahwa demi memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan, sangat releva, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis.
1.         Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang professional dibidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan keterampilan bisnis yang melebihi keahlian kebanyakan orang lainnya.
2.         Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu, hal yang paling pokok untuk bias untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bias merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3.         Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk ieksploitasi demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya


D.    SASARAN DAN LINGKUP POKOK ETIKA BISNIS DISINI:


  •      Etika bisnis mengimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Bisnis yang baik dan etis akan mempengaruhi keberhasilan usaha dalam jangka panjang, Dan berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal
  •     Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga. Pada tingkat ini berfungsi untuk menjaga hak hak masing masing dan kewajiban masing masing agar tidak terdapat kecurangan kecurangan yang berfungsi untuk mengambil hak dan kewajiban setiap orang yang bersifat merugikan orang tersebut, disini dituntut harus mengutamakan keadilan dalam setiap bisnis yang dilaukan oleh para pelaku pelaku bisnis.
  •     Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat etis atau tidaknya suatu praktek bisnis. Pada tingkatan ini etika bisnis berbicara tentang oligopoly,monopoli,kolusi dan praktek semacamnya yang akan merugikan dan mempengaruhi suatu ekonomi di suatu Negara. Disini diperlukan pentingnya legal-politis bagi praktek yang baik, yaitu sangat pentingnya hukum dan aturan bisnis serta pera pemerintah yang efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut secara jelas dan konsekuen tanpa pandang bulu







SUMBER:
Etika Bisnis, Edisi Baru, Dr. A. Sonny Keraf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar