Kebudayaan dalam bahasa Inggris
disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere
yang berarti pemeliharaan, pengelolaan tanah menjadi tanah pertanian.
Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata
budayyah berasal dari kata budhi atau akal. manusia memiliki unsur-unsur
potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga
potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan.
Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebudayaan itu hanya dimiliki
oleh masyarakat manusia
2. Kebudayaan itu tidak diturunkan
secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar
3. Kebudayaan itu didapat, didukung
dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soedmardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,rasa, dan cipta
masyarkat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedagkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,religi,
seni, dll, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
STRUKTUR
KONSUMEN
Struktur
konsumsi adalah sebagai gerakan bertentangan permintaan dan penawaran selalu
berubah. Memeriksa struktur konsumsi wajar, juga harus memeriksa perubahan di
alam. Informasi konsumen tercermin sebagai perubahan jinak: data survival dalam
belanja konsumen dalam proporsi secara bertahap menurun, perkembangan informasi
dan kenikmatan secara bertahap meningkatkan proporsi informasi, dalam berbagai
bentuk pengeluaran konsumsi, penurunan bertahap dalam proporsi makanan,
pakaian, perlengkapan dan secara bertahap meningkatkan proporsi , proporsi
pengeluaran makanan, makanan utama telah menurun, meningkatkan proporsi makanan
non-pokok, mengenakan belanja konsumen, membeli mid-range, high-end consumer
goods dan barang-barang belanja konsumen meningkatkan proporsi produk low-end
telah menurun, dalam pembangunan perumahan, meningkatkan proporsi investasi
dalam ekspansi baru, investasi pemeliharaan telah menurun, meningkatkan
proporsi konsumsi komoditas, konsumsi subsisten telah menurun, dalam total
konsumsi, meningkatkan proporsi biaya pelayanan, pengeluaran komoditas telah
menurun, untuk konsumsi spiritual meningkatkan proporsi untuk konsumsi bahan
telah menurun, dan sebagainya. Perubahan tren jinak keseluruhan, tidak
mengesampingkan masa parsial transformasi terbalik. Misalnya, karena pasokan
dan kondisi permintaan meningkatkan peningkatan kualitas meninggalkan
pengeluaran meningkat makanan.
KEBUDAYAAN SEBAGAI TEMPAT SEORANG INDIVIDU MENEMUKAN
NILAI-NILAI YANG DIANUTNYA.
Individu
tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menetukan tentang nilai-nilai
mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh
dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut diambil dengan
berbagai cara antara lain :
1. Model atau contoh - dimana
individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau yang buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana ia bergaul.
2. Moralitas - diperoleh dari
keluarga, ajaran agama, sekolah dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan
ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan
nilai-nilai yang berbeda.
3. Sesuka hati adalah proses dimana
adaptasi nilai-nilai kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai
yang ada didalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem
nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering
disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau
pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi
individu tersebut.
4. Penghargaan dan Sanksi :
Perlakuan yang biasa diterima seperti : mendapatkan penghargaan bila menunjukan
perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapatkan sanksi atau hukuman bila
menunjukan perilaku yang tidak baik.
5. Tanggung jawab untuk memilih -
adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan
mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya
dukungan dan bimbingan dari seseorang akan menyempurnakan perkembangan sistem
nilai dirinya sendiri.
Teori Perubahan Institusi
Perubahan
dapat terjadi pada setiap level. Tidak ada lembaga yang bersifat permanen. Ia
akan selalu berubah menuju tatanan kelembagaan (institutional arrangement) yang
lebih efisien. Banyak teori yang menjelaskan mengenai perubahan kelembagaan.
Dari sejumlah teori yang ada, Schlueter dan Hanisch (1999) mengklasifikasi
teori perubahan kelembagaan dalam tiga kelompok, yaitu: berdasarkan efisiensi
ekonomi; berdasarkan teori distribusi konflik (distributional conflict theory);
dan berdasarkan teori kebijakan publik.
Teori
perubahan kelembagaan berbasiskan efisiensi ekonomi memiliki tiga arus
pemikiran utama. Arus pemikiran pertama disampaikan oleh Prof. Friedrich Hayek,
ekonom terkemuka Austria dan pendukung utama ekonomi neo klasik. Menurut Hayek,
perubahan kelembagaan bersifat spontan, tidak disengaja, namun merupakan hasil
dari tindakan yang disengaja (Hayek, 1968). Artinya bahwa seseorang atau
sekelompok masyarakat tidak akan membuat sebuah lembaga/aturan bila tidak ada
dorongan yang menuntut aturan tersebut harus ada. Yang dimaksud Hayek,
“perubahan kelembagaan bersifat spontan” adalah bahwa lahirnya dorongan untuk
menciptakan atau merubah kelembagaan bersifat spontan (unintenationally).
Sedangkan aktifitas membuat atau mewujudkan kelembagaannya bersifat disengaja
(intentional). Sebagai contoh, pembuatan perda tentang pengelolaan sumberdaya
air tanah merupakan tindakan yang disengaja, tapi lahirnya kebutuhan adanya
perda tersebut bersifat spontan sebagai respons terhadap situasi yang
berkembang.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan menkonsumsi produk
atau jasa yang ditawarkan.
Model Perilaku Konsumen
1. Faktor Budaya
Faktor budaya
memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan
harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Kelas-kelas sosial
adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaanya mempunyai nilai,
minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor
tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain.
2. Pengaruh Budaya Yang Tidak
Disadari
Dengan adanya
kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar.
3. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan
Kebutuhan
Budaya yang ada di
masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang
memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan
metode "Coba dan Buktikan" dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial.
4. Pengaruh Budaya Dapat Dipelajari
Budaya dapat
dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang
mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang
kemudian membentuk kepribadian seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan
periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan
memberikan model untuk ditiru masyarakat. Iklan tidak hanya mampu mempengaruhi
persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat
juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan
didapat dari suatu kategori produk tertentu.
5. Pengaruh Budaya yang Berupa
Tradisi
Tradisi adalah
aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang uncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi
berulang-ulang. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah
fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang
menganutnya. Misalnya yaitu, natal, yang selalu berhubungan dengan pohon
cemara. Dan untuk tradistradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan
perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
DAMPAK NILAI-NILAI INTI TERHADAP PEMASAR
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang
melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang
kompleks. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas,
konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Keinginan digambarkan
dalam bentuk objek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah
hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin
berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana,
waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan
keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menebus keterbatasan
tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan
kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
VARIASI NILAI PERUBAHAN DALAM NILAI BUDAYA TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Nilai
budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan ke dalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat anatar
individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang
utama dalam praktek pemasaran. sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat ke arah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk "menjadi seorang individual". Dan begitu juga pada budaya yang
individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk
individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim,
persaingan/kerjasama dan perbedaan/keseragaman.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar